Live in dan Katekese – Motaain

Sebanyak 51 suster SSpS Live in di stasi St. Mikhael Seroja-Motaain Atapupu, selama 5 hari (16-20 Nopember 2022), di damping Sr. Merita Missa SSpS – pemimpin postulan. Diantarnya 21 suster, 15 postulan dan 15 aspiran. Rm. Yoris Giri Pr, Pastor Paroki Stella Maris Atapupu, bapak Duarte Ketua Dewan stasi dan keluarga-keluarga yang menyiapkan tempat penginapan, menerima rombongan Live in dan di hantar ke kapela St. Mikhael yang di bangun Joko Widodo – Presiden Republik Indonesia.

Memperkenalkan Kongregasi

Pertemuan dengan anak-anak sekolah setingkat; PAUD, TK, SD, SMP dan SMK yang berada di wilayah perbatasan Motaain, Kamis, 17 November. Memperkenalkan Santu Arnoldus Janssen pendiri dari ke-tiga Kongregasi; SVD, SSpS dan SSpSAP dan co-pendiri Beata Maria Helena Stolenwerk, Beata Maria Josefa, Hendrina Stenmans dan Ibu Maria Theresia Messner. Para siswa sangat antusias dan aktif bertanya setelah mendengar kisah hidup dan perjuagan dari pendiri dan co-pendiri. Selain mendengar teladan hidup pendiri, para siswa pun senang berbagi pengalaman mereka kepada suster-suster.

Katekese

Selain memperkenalkan kongregasi, kami juga memberi literasi ekologi agar umat yang hadir memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap lingkungan hidup. Sebagaimana diseruhkan oleh Paus Fransiskus dalam Encyclicalnya yang ke-dua Laudato sì dan arah Kapitel Umum SSpS ke-15 tentang Pertobatan Ekologis yang menjadi tanggungjawab moral bersama. “Selama ini kami biarkan ternak berkeliaran sehingga buat rusak dan makan habis tanaman juga buang sampah plastik di sembarang tempat. Sekarang kami sadar ternyata yang kami buat selama ini salah dan merusak alam” akui seorang peserta.

Penggunaan media social menjadi topik yang hangat dalam dialog, sharing dan doa bersama umat di beberapa Kelompok Umat Basis (KUB). Umat yang hadir merasa prihatin dengan dampak penggunaan media social yang tidak bertanggungjawab. “Gara-gara salah gunakan media sosial ada yang hamil di bawah umur, kawin lari, nikah dini dan kumpul kebo” keluh salah satu petugas KUB.

Pendalaman iman bersama Serikat Kepausan Anak/Remaja Misioner (SEKAMI/SEKAR) di adakan sore hari; menyanyi bersama, quiz seputar iman katolik, games berhadiah dan aneka permainan lainnya. Anak-anak terlibat aktif dalam kegiatan ini, terlihat dari semangat mereka yang tak ingin beranjak dari lokasi dan terus ingin bernyanyi dan bermain walaupun hari sudah mulai malam. Kegiatan SEKAMI/SEKAR diakhiri dengan bakti social, membersihan kapela dan lingkungan sekitar serta mempersiapankan panggung untuk kegiatan malam budaya yang bertempat di aula kapela.

Ekologi dan malam budaya

Di bawah koordinasi ketua stasi St. Mikhael, bpk Duarte (Babinsa Desa Silawan), masyarakat dan anak-anak SDI Motaain, Jumat, 18 November, mempersiapkan 1000 lubang di sepanjang 2 jalur ‘sabuk merah’ yang akan di tanami pohon-pohon pada aksi Ekologi di Desa Silawan dan pesisir pantai. Seusai menggali lubang dilanjutkan dengan dekorasi panggung dan repetisi semua acara yang akan dipentaskan di malam hari.

Pada malam budaya bersama umat setempat, para suster mempersembahkan tarian Kedatangan Misionaris Perdana SSpS di Atapupu, dilanjutkan dengan tarian Rebeka dari Amarasi dan tarian Baleo-barter dari Lembata. Para Postulan membawakan Fragmen Laudato Sì, sementara para Aspirant tarian kolaborasi dan tebe dari anak-anak SDI Motaain. Ada juga drama dan fashion show dari Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Stella Maris Atapupu.

Keesokan harinya Sabtu, 19 November, semua peserta Live in mengambil bagian dalam aksi Ekologi SSpS-SVD Timor-Indonesia dan Timor Leste.  https://sspstimor.org/ekologi-dan-kepedulian-merawat-rumah-kita-bersama/

Kehadiran memberi warna

Hari raya Kristus Raja Semesta Alam Minggu, 20 November dirayakan bersama umat di kapela stasi St. Mikhael Seroja Motaain. Dimeriahkan oleh koor dari peserta Live in  dan yang bertugas sebagai misdinar adalah anggota TNI Yonif 744.

Sr. Immelda Maria Obe, Provinsial SSpS Timor hadir pada acara penutupan Live in. Dalam sambutannya beliau menyampaikan terimakasih berlimpah kepada pastor Paroki Stella Maris Atapupu dan umat stasi St. Mikael Seroja yang telah menerima para suster dan calon SSpS Timor untuk tinggal di tengah-tengah umat dan juga kerjasama yang baik dari paroki dan stasi dalam Aksi Ekologi SSpS – SVD Lintas Batas di Motaain. “Kehadiran para suster selama 5 hari menjadi kenangan terindah yang tak terlupakan. Pengalaman hidup bersama di tengah keluarga menjadi pembelajaran yang baik sebagai bekal perjalanan panggilan selanjutnya. Tetaplah setia dan teguh pada panggilan sucimu, apa pun tantangan dan kesulitan yang dihadapi. Jika ada kesempatan datanglah mengunjungi kami di Motaain” undang pastor paroki Rm. Yoris Giri.

By;

Sr. Gregoriana Uduk SSpS, Postulan Febrianti Salu dan Mariana Iyut Tamsil Sasi

Ekologi dan Kepedulian Merawat Rumah kita Bersama

“Mari Merawat Bumi-Rumah Kita Bersama” menjadi slogan bagi putra-putri Santo Arnoldus Janssen se-daratan Timor meliputi Propinsi SSpS, SVD Timor Indonesia dan Propinsi SSpS, SVD Regio Timor Leste yang mengkoordinasi kegiatan Ekologi; penanaman pohon di wilayah lintas batas Indonesia-Timor Leste bertempat di Motaain, Sabtu, 19 November 2022.  Bekerjasama dengan Pastor Paroki Stella Maris Atapupu, Romo Yoris Giri Pr dan umat Stasi St. Mikhael Seroja Atapupu.

Aksi akbar ini merupakan implementasi atas seruan Paus Fransikus dalam Ensiklik Laudato Sì ‘On the care for our common home’ (kepedulian untuk merawat rumah kita bersama) dan arah Kapitel Umum SSpS ke-15 yang menegaskan pertobatan ekologis dan keprihatinan akan kehidupan yang menjadi kewajiban moral bersama’.

Membuka secara resmi kegiatan ini, P. Vinsen Wun SVD, Vikjen Keuskupan Atambua mengingatkan semua peserta yang hadir bahwa Bumi adalah Rumah Kita Bersama yang harus di jaga, di pelihara dan di rawat agar memberikan kenyamanan bagi kita dan juga generasi penerus. Keserakahan manusia menjadikan bumi kita bagaikan rumah yang telah rusak, bocor, sehingga kurang memberikan kenyamanan bagi manusia yang menghuninya.

Hal ini nampak dalam aneka gejala yang kita alami seperti tertulis dalam Eksiklik Paus Fransiskus tentang Laudato Sì. Perubahan iklim, adanya pemanasan global dan budaya membuang sampah di sembarang tempat, pencemaran lingkungan dengan bahan kimia yang digunakan pertanian, cuaca ekstrim, kurangnya air bersih, serta hilangnya keanekaragaman hayati. Paus Fransiskus dan para pendahulunya mengajak umat manusia untuk membangun pertobatan ekologis secara sungguh-sungguh. Hendaklah kita semua yang berkehendak baik bergandeng tangan merawat bumi kita dalam semangat Santo Fransiskus Asisi, tokoh pencinta alam semesta.

Vikjen Keuskupan Atambua P. Vinsen, meneruskan himbauan Uskup Atambua bahwa, semangat menanam bukan hanya hari ini namun perlu dilanjutkan, “Bapa Uskup sendiri tiap-tiap tahun selalu adakan kegiatan tanam, beliau terus tanam dan merawat bumi rumah kita bersama demi masa depan kita semua” ungkap Vinsen Wun.

“Bumi, Rumah kita bersama saat ini sedang sakit, maka kita di panggil untuk merawat dan memelihara demi anak cucu dan generasi penerus kita. Jika rumah kita sehat maka kita semua pun akan sehat dan sejahtera” himbau wakil bupati Belu, Drs. Dr. Aloisius Haleseren, MM dalam sambutannya. Beliau memberikan apresiasi yang tinggi kepada para suster SSpS dan pastor SVD dari dua negara yang memiliki pemerhatian terhadap lingkungan hidup dan telah membantu pemerintah setempat menanam ribuan pohon bakau dan pohon lindung lainnya.

Harapan yang sama datang dari TNI, tokoh masyarakat dan tokoh umat yang hadir dalam kegiatan ini. “Para suster dan pastor sudah beri teladan kepada kami untuk pelihara lingkungan, demi kehidupan kami dan anak cucu kami, seperti tanam pohon pelindung yang memberi kehidupan’ ungkap salah satu tokoh umat yang bersemangat untuk melanjutkan kegiatan menanam ini.

Sebanyak 1000 anakan pohon bakau, 500-an anakan pohon ketapang hutan, 40 anakan pohon cendana di tanam di sekitar pantai motaain. Para suster juga menanam bunga Oleander di sepanjang jalan dua jalur mulai dari tempat wisata Pasir putih hingga pintu gerbang Motaain.

Sekitar 500-an peserta terlibat dalam aksi penanaman pohon diantaranya; Deken Belu Utara Romo Stef Boisala Pr, Ibu Rina Haleserens, Kepala Kesbangpol, Kepala PLBN Motaain, Kepala Imigrasi Bea dan Cukai, Pemerintah Desa Silawan. Pemerintah Daerah Kabupaten Belu, Dinas Pertanian dan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan, Dinas Perhubungan, Puspas Keuskupan Atambua, Tarekat Putri Maranata, TNI Batas Motaain, Karyawan-karyawati RSKM Halilulik, Umat Paroki Stella Maris Atapupu, Anak SDK Seroja Atapupu, dan para pemerhati dan pencinta lingkungan hidup.

Setelah tanam pohon dilanjutkan dengan panen anggur di kompleks Gereja St. Mikhael dan di jamu makan siang oleh umat Paroki Atapupu. Terimakasih untuk kerjasama semua pihak dan kebaikan umat Stasi St. Mikhael Seroja dibawah komando Bapak Duarte Ketua Stasi yang telah mempersiapkan segala sesuatu untuk kegiatan Ekologi ini.

“Semoga Allah Tritunggal Hidup Dalam Hati Kita dan Dalam Hati Semua Manusia”

 Sr. Innes Maximiliani, SSpS

Hari Orang Sakit Sedunia

Peringatan Hari Orang Sakit Sedunia yang ke-30, 11 Februari 2022 ditandai dengan perayaan Ekaristi Kudus, kunjungan orang sakit di ruang rawat inap dan donor darah.

”Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati” (Luk. 6: 36) menjadi tema yang di tawarkan kepada umat Katolik sejagat untuk mendoakan saudara-saudari kita yang sakit baik fisik maupun psikis.

Di tengah meningkatnya pelayanan , Rumah Sakit Katolik Marianum (RSKM) Halilulik bersama PMI Kabupaten Belu mengorganisir kegiatan BAKSOS yang diawali dengan perayaan Ekaristi Kudus di RSKM.  Seusai perayaan Ekaristi P. Mikhael Taneo, SVD, para suster SSpS dan staf PMI Kabupaten Belu mengunjungi pasien diruangnya masing-masing untuk mendoakan mereka dan memberi bingkisan berupa Rosario.

Selanjutnya, aksi donor darah yang melibatkan staf RSKM, guru-guru SMP dan SMAT HTM Halilulik, sebagai wujud perhatian dan kepedulian bagi kemanusiaan seperti yang dilakukan Yesus pada jaman-Nya.

Sr. Hildegunde Nino, SSpS

Kemuliaan bagi Allah Keuntungan bagi Sesama dan Beban bagi Diri Sendiri

 

Bertolak dari motto hidupnya, sesungguhnya Maria Helena menyatakan sikap penyerahan diri secara total akan kehendak Allah, dan mempercayakan seluruh hidupnya dalam terang dan bimbingan Allah Roh Kudus. Karena itu, marilah kita merefleksikan tiga dimensi utama dari motto Maria Helene Stollenwerk yakni; ‘‘KEMULIAAN, KEUNTUNGAN, DAN BEBAN”

Kita dapat merasakan betapa lamanya waktu bagi seorang Maria di rumah missi, dengan itu kita di arahkan dalam refleksi ini untuk melihat apa di balik tiga kata ini di balik seorang Maria Helena. Hal pertama adalah KEMULIAAN; berarti “Memuliakan“ dan itu berarti memberi kemuliaan.  Kata kemuliaan , seperti yang terkait dengan Allah dalam Perjanjian Lama, itu disertai dengan gagasan kemegahan. dan dalam Perjanjian Baru, kata ini berarti “martabat, kehormatan, pujian, dan penyembahan. Dan bila kita Menyatukannya, kita dapat melihat dan merefleksikan bahwa memuliakan Allah berarti mengakui kebesaran-Nya dan menghormati-Nya dengan memuji dan menyembah-Nya, karena Dia hanya satu-satunya Allah yang pantas dipuji, dihormati, dan disembah. Melihat itu, kita perlu melihat bahwa Kemuliaan Allah merupakan esensi dari sifat-Nya, dan bila kita memuliakan-Nya berarti kita mengenali esensi ini. Dan itulah yang di lakukan Maria Helena Stollenwerk. Dia melihat, merasakan, dan mengenal apa itu kemuliaan. Disini di arahkan untuk melihat bahwa persembahan diri kita kepada Allah adalah ketika kita mendekati-Nya dalam kemegahan atau keindahan kekudusan-Nya dalam penghayatan akan kaul-kaul suci kita. Dan Seperti Helena Ia Memuliakan Tuhan  dengan taat sebagai permaisuri surgawi dalam penyerahan dirinya yang total.

Yang kedua adalah KEUNTUNGAN; dalam konteks ini, marilah kita melihat keuntungan mendasar yang Helena ingin tunjukan. Yang pastinya bukan kebahagiaan sementara yang ia beri untuk orang lain. Disini kita dapat melihat, bahwa disaat dia meyerahkan diri untuk memuliakan Bapa, disitu ia menjadi berkat secara total kepada sesamanya. Dan tak lupa bahwa dalam hal ini Ia tak lupa berjalan bersama ROH KUDUS.  Bertolak dari kata Keuntungan, Helena ingin mengarahkan kita untuk melihat dan merasakan gerakan Roh Allah yang senantiasa mendorong kita dalam bertindak di setiap kegiatan misioner yang sesungguhnya perlu diutamakan dalam segala aspek. Dan kita diarahkan untuk melihat bahwa keselamatan sesama yang menjadi tujuan paling utama kita.

Dan hal paling menantang adalah kata ketiga ini, BEBAN; disini kita diarahkan untuk melihat beban mendasar yang Maria Helena ingin tunjukan bagi kita pengabdi-pengabdi Roh Kudus. Mari kita letakan dua konsep teologis untuk mengerti Beban apa yang sesungguhnya Helena maksudkan dalam moto ini. Konsep pertama adalah MENOLAK DIRI atau dengan kata paling bersahabat “Menyangkal Diri“ disini Helena membawa kita untuk memahami bahwa kita tidak hidup untuk diri sendiri tetapi untuk Kristus; karena itu keinginan kitalah sebagai beban yang harus ditekan, sebab kita tidak harus melakukan kehendak kita melainkan kehendak Allah. Mari kita masuk dalam dasar biblis dengan teks Rasul Paulus yang memberi kita contoh dengan jelas tentang hal ini: “ Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.  Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah   yang telah mengasihi aku   dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. ”(Galatia 2:20). Perhatikan bahwa semua keinginan daging kita harus disalibkan bersama Kristus.

Konsep kedua adalah  MENGIKUTI TUHAN; disini kita melihat kembali kepada penyerahan diri secara total dan utuh dari Maria Helena stollenwerk. Dalam refleksi ini, kita di beri pilihan untuk mengambil bagian dari salib Tuhan itu sendiri sebab bukankah sebagai seorang misionaris haruslah memikul beban dan berjalan,….ya,,,,, Salib seorang misionaris harus dipikul dan dijadikan sebagai bagian hidup kita sebagai pengabdi roh Kudus. Sebab ini akan senada dengan apa yang dikumandangkan dalam motto ibu kita tercinta Maria Helena Stollenwerk.”KEMULIAAN BAGI ALLAH, KEUNTUNGAN BAGI SESAMA & BEBAN BAGI DIRI SENDIRI”

Di balik tema yang indah ini, dan bertolak dari refleksi kita di atas, mari kita lihat ada apa di balik ketiga kata yang kita refleksikan ini. Ada ALLAH, SESAMA dan DIRI SENDIRI. Bukankan tiga hal mendasar inilah yang paling utama dalam missi kita? Bila saya menyadari bahwa sampai saat ini saya berada disini karena ALLAH dan untuk ALLAH dengan sebuah tujuan? Lalu saya bisa bertanya apa tujuan yang dimaksud Allah! Kalau bukan untuk SESAMA? Lalu bila saya membalik pertanyaan ini, apakah ini menjadi BEBAN? Ini lanjutan refleksi bagi kita semua menjelang pesta Ibu Maria Helena Stollenwerk.

Dan mungkin lebih berkesan, marilah kita melihat Hidup Helena sebagai motivasi. yakni Bekerjalah dalam kebun anggur Tuhan dan janganlah menjadi jenuh, bekerjalah sesuai kemampuanmu untuk keselamatan orang-orang yang diserahkan kepadamu, Itulah mandat misi yang sebenarnya diberikan kepada kita sejak awal. Allah yang berkarya dalam diri hamba-Nya ibu Maria Helena memandatkan kepada kita suatu tugas yang harus kita embani, yaitu mengarahkan hidup dan segala usaha kita kepada kemuliaan Allah yang lebih besar serta keselamatan jiwa-jiwa. Jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya kerinduan terdalam Helena sejak awal petualang dalam proses pencarian sampai pada tahap penantian selama betahun-tahun bekerja sebagai pembatu dirumah misi Style karena ingin bermisi untuk melayani orang-orang kecil di Cina.  Kerinduan terdalam yang tidak bisa dibendungi oleh apapun yaitu ingin bermisi di Cina. Suatu keinginan diluar batas kemungkinan pada zaman itu. sangat disayangkan juga bahwa kerinduan dan semangatnya untuk ke misi tak pernah tercapai, namun satu hal yang pasti yaitu semangat misionernya tak pernah padam, hal ini terbukti dengan sangat jelas melalui kata-katanya:”kita adalah suster-suster misi, dan panggilan seorang suster misi  adalah mengorbankan diri demi kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa yang tak dapat mati”. Keyakinan teguh inilah yang membuat Helena taat penuh pada kehendak Allah…’’’’BERCERMINLAH PADA FIGUR SEDERHANA INI DALAM SEMANGAT PENYERAHAN DIRI DAN SEMANGAT MISIONER….

Petrosa dan Edel, SSpS – Probanis Timor

PGG mendoakan Perdamaian Dunia

Kerinduan orang muda untuk berada bersama tidak mengenal lelah sekalipun aturan COVID Pandemik membatasi ruang gerak mereka. Demikian aksi “Peace Generation Girls” (PGG) bagi perdamaian dunia dan berakhirnya COVID Pandemik, seperti yang diserukan oleh Paus Fransikus untuk Doa Rosario Maraton – Doa Rosario berantai yang berlangsung selama bulan Rosario – Bulan Mei.

Kepedulian PGG diwujudkan dalam Doa Rosario bersama di depan Gua Maria – kantor Forum Peduli Perempuan dan Anak (FPPA) Atambua, Minggu 30 Mei 2021 tepatnya 15:00 waktu Indonesia tengah. Sekitar 78 remaja puteri setingkat SMP dan SMA, yang tergabung dari Haliwen, Aitama dan Asrama susteran Atambua mendaraskan Doa Rosario untuk; perdamaian dunia, para pemimpin negara, pemimpin agama dan berakhirnya COVID Pandemik. Selain itu, para remaja puteri ini mendoakan intensi pribadi dan khususnya bagi perjuangan kaum perempuan, keluarga-keluarga yang mengalami konflik dalam hidup berrumah tangga. Hadir dalam Doa Rosario bersama ini para suster se-komunitas SSpS Atambua.

Sr. Sisilia Ketut, SSpS dari (FPPA), mengajak para remaja puteri untuk tetap bersemangat dalam doa dan kerja. “Adik-adik perlu berusaha dan berani pimpin doa dalam kelompok. Berlajar untuk mandiri. Dengan itu, adik-adik bisa melatih diri dan teman-teman sehingga ke depan bisa pimpin doa di mana saja kalian berada. Dunia sekarang sangat membutuhkan doa-doa kita. Banyak kejadian yang membuat orang tidak saling menghargai, menciptakan konflik dan tidak ramah lingkungan. Adik-adik ini, adalah duta misionaris awam yang adalah masa depan gereja dan bangsa, ungkap Sr. Sisilia sambil menunjuk salah satu peserta untuk memimpin doa.

Sementara, Yuliana Fatin – anggota dari kelompok PGG mengungkapkan kegembiraan, rasa syukur dan terima kasih karena adanya organisasi ini dan boleh mengenal Sr. Sisilia Ketut, SSpS serta bergabung dalam kelompok yang disponsori oleh FPPA. “Saya kenal Sr. Sisilia ketika suster kunjung kami di lingkungan Haliwen. Suster buat kegiatan pendalaman iman, sharing Kitab Suci, sharing mengenai situasi Pandemik COVID-19. Saya berharap organisasi ini tetap hidup dan berkembang. Setiap kali suster kunjung kami, suster merangkul kami sebagai adik-adik dan memotivasi kami supaya belajar untuk mandiri dan tidak boleh kalah dengan kaum laki-laki” tegas Yuliana.

Kegiatan doa Rosari bersama akan terus berlangsung dan PGG akan terus melakukan kegiatan-kegiatan lain dengan dukungan FPPA. Aksi Doa Rosario bersama berakhir dengan minum  bersama sambil berbagi pengalaman diantara mereka.

By Sr. Maria Vianney, SSpS